KARYA TULIS GURU BULAN OKTOBER 2022
Pada minggu pagi saya dan ketiga teman saya Erlan, Memet dan Boman berencana untuk melakukan kebiasaan setiap hari minggu yaitu kegiatan bersepeda pagi atau sering kita bilang gowes pagi, waktu itu cuaca terlihat cerah dan sangat mendukung sekali, melihat kondisi tersebut kita semakin bersemangat untuk gowes.
Untuk rute kali ini kita akan gowes kurang lebih jarak 30km, Diperjalanan kita mampir dulu untuk sedikit mengisi perut dengan membeli sarapan bubur ayam favorit kita sambil bercengkrama, selepas sarapan kita melanjutkan perjalanan gowes ke tujuan yang sudah kita tentukan.
Sesampainya di tujuan yang kita tuju, kita beristirahat sejanak sambil menikmati keindahan alam yang sangat luar biasa, kita berada di sebuah tempat makan sunda yang di depannya ada sebuah danau, warga sekitar sering menyebutnya dengan nama saguling.
Tidak terasa waktu menjelang siang, saya dan teman saya berencana untuk pulang, dan rute pulang kita berbeda dengan rute berangkat, kita pulang dengan melewati danau saguling kurang lebih 1km dengan cara sepeda dinaikan ke perahu, sesaipainya di tujuan akhir perahu, kita melanjutkan perjalan pulang.
Di waktu libur bekerja kita selalu berkomitmen untuk selalu menyempatkan minimal satu minggu sekali untuk melakukan kegiatan olahraga yaitu salah satunya gowes untuk menjaga kebugaran, tidak hanya itu alasan kita selalu melakukan kegiatan bersama – sama demi terjalinnya tali silaturahi antara kita.
Makanan
khas menjadi daya Tarik yang begitu menggoda untuk dicicipi jika sesorang
berkunjung ke suatu daerah. Kurang lengkap rasanya kalua sudah tiba di suatu
daerah atau tempat, tapi tidak mencoba makanan khasnya. Setiap daerah pasti
memiliki cita rasa tersendiri sehingga setiap daerah memiliki tradisi kuliner yang
berbeda-beda. Untuk wisatawan mungkin ini merupakan suatu pengalaman tersendiri
untuk mencoba merasakan makanan daerah tersebut. Makanan tradisional adalah
makanan khas setiap daerah dan menjadi ciri khas serta penbeda antara satu
daerah dan daerah lainnya. Setiap daerah memiliki jenis makanan masing-masing.
Selain itu makanan tradisional juga dapat dijadikan sebagai daya Tarik para
turis yang hendak berkunjung ke suatu daerah tempat wisata.
Cililin adalah sebuah daerah kecil
dan merupakan sebuah kecamatan di wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung Barat
provinsi Jawa Barat. Letaknya tidak jauh dari Bandung dan tidak jauh juga dari
Cimahi. Cililin juga terkenal dengan makanan khasnya yaitu wajit cililin dengan
anglengnya yang lezat dan kurupuk gurilem. Daerah cililin dikelilingi
pegunungan yang masih rimbun dengan pepohonan dan tempat wisatanya yang
terkenal adalah Curug Sawer dan danau Saguling yang dijadikan tempet
kolam-kolam ikan terapung dan resto-resto tempat rumah makan ikan bakar.
Pelesiran ke wilayah selatan
Kabupaten Bandung Barat tidak lengkap rasanya tanpa menikmati makanan khasnya
yang sangat bersejarah, namanya Wajit Cililin yang ada sejak zaman Belanda.
Wajit adalah santapan manis yang sangat enak dan cocok dimakan dikala bersantai
bersama keluarga atau kerabat juga teman serta rekan, atau bias juga disantap
saat pagi hari ditemani dengan segelas kopi atau teh. Di sepanjang pinggir jalan Cililin Kabupaten
Bandung Barat puluhan pedagang manjajakan wajit di kiosnya. Wajit menjadi salah
satu oleh-oleh wajib manakala kita berkunjung ke daerah ini. Makanan ini
dibungkus dengan daun jagung kering rasanya yang manis dengan tekstur yang unik
saat dimakan, menjadikannya salah satu primadona kuliner Kabupaten Bandung
barat. Bahan dasar untuk membuat wajit berasal dari beras ketan, gula aren,
serta parutan kelapa. Cara membuatnya adalah dengan cara mencampurkan beras ketan
yang sudah dimasak dengan larutan gula aren dan parutan kelapa. Bahan tersebut
kemudian diaduk hingga adonan wajit mengental. Para pembuat wajit di Cililin
sampai sekarang masih mempertahankan cara pembuatan secara tradisional dengan
tidak menggunakan mesin modern.
Sebelum ramai pengusaha wajit
seperti sekarang, ternyata kudapan khas Cililin ini mengalami periodisasi
sejarah yang cukup panjang. Namun sepertinya tak banyak orang yang tahu sejarah
yang terkandung dari setiap bungkus wajit Cililin. Kenapa dinamai dinamai wajit
dan ragam pertanyaan lain yang membuntuti dibelakangnya. Menarik untuk diulas,
ternyata Wajit Cililin merupakan makanan untuk kaum menak saat zaman penjajahan
Belanda dulu. Bukan makanan untuk kaum proletar. Bias dibilang saat ini, citranya
sudah kadung dianggap makanan kampong. Pertengahan tahun 1920-an konsumsi wajit
bagi masyarakat biasa pernah dilarang oleh pemerintah colonial Belanda. Kala
itu wajit hanya boleh dinikmati kaum menak dan pejabat tinggi. Ditambah beras
ketan yang jadi bahan dasar pembuatan wajit merupakan komoditi yang sangat
berharga. Hanya boleh dikonsumsi menir dan diekspor keluar negeri. Wajit
sendiri sebetulnya berakar pada kata wajik, salah satu jenis kue yang juga
menambah kekayaan kuliner tanah air. Namun karena ada pergeseran pelafalan oleh
warga Cililin akhirnya kata wajik menjadi wajit.
Hadirnya wajit Cililin tak lepas
dari dua sosok perempuan asal Cililin bernama Juwita dan Uti. Kedua perempuan
itu membuat dan memperkenalkan wajit sekitar tahun 1916-an. Mulanya Juwita
ingin membuat penganan berbahan dasar ketan selain ulen. Kemudian muncul ide
untuk membuat olahan dengan gula aren. Sebelum dikenal dengan wajit, makanan
ini disebut sebagai ‘ketan anu amis’atau ketan yang manis. Awalnya juwita dan
Uti mengosumsi wajit tersebut untuk kebutuhan sendiri. Berkat sering dipakai
hidangan hajatan, makanan khas ini semakin terkenal dan makin banyak orang yang
mencari. Makanan berbahan dasar beras ketan, gula merah dan kelapa itu semakin
terkenal. Juwita dan Uti akhirnya memproduksi wajit secara massal sekitar tahun
1920. Semakin seringnya wajit tersaji dalam pesta pernikahan dan khitanan,
banyak pula kerabat dari luar daerah Cililin yang mulai mencicipi wajit dan
menyukainya. Pada masa itu, mulailah kalangan menak dan pejabat kolonial
Belanda mencium wajit buatan dua perempuan tersebut. Mereka sangat menyukai
produk wajit tersebut. Hingga kalangan Belanda danpejabat pribumi saat itu
melarang wajit dikomersilkan. Alasannya wajit dinilai makanan khusus kaum menak
dan pejabat tinggi sehingga kaum bawah dan rakyat biasa tidak berhak menikmati
makanan tersebut.
Larangan tersebut konsumsi wajit
untuk kaum bawah berlangsung selama beberapa tahun. Saat itu juwita mulai
menurunkan pengetahuan pembuatan wajit kepada putrinya yang bernama Irah. Pada
rentan waktu itu wajit cililin dijual secara sembunyi-sembunyi, namun dengan
keyakinan bahwa rakyat berhak memakan apa yang mereka tanam, Irah pun
memberanikan diri menjual wajit secara terang-terangan. Tahun 1936-an, Irah
yang merupakan keturunan kedua anak dariJuwita mulai berani menjual secara
terang-terangan. Berkat aksi berani tersebut Irah mendapat intimidasi dari
pemerintah colonial Belanda, namun Irah tidak bergeming. Ia terus menjual
makakanan tersebut bahkan hingga ke kota Bandung. Akibtanya makanan tersebut
yaitu wajit Cililin makin terkenal dan tak terbendung lagi untuk diprivatisasi
oleh satu golongan.
Itulah perjalanan berdirinya wajit
asli Cililin yang kini popular di kawasan Bnadung dan wilayah di luar Bandung.
Ternyata perjalanannya sangat tidak mudah sampai pernah mengalami kerugian
namun itu semua terbayar karena sang pemilik tidak menyerah begitu saja.
Untuk sekian kali
Tak tahan air mata
menetes di pipi ini
Ketika ku dengar asma keagungan mu
Ya sayyidii….. Ya Rosulalloh….
Terlalu
hina daku
Kemanakah
ku harus sembunyikan mukaku
Yang
telah menjadi budak imperialis nafsu
Darahku
telah bercampur dengan titik noda dan dosa
Hatiku
kalam,hitam menggarang bara
Keras
lebih keras dari pada batu gua
Aku tahu,tiada kan bahagia bila tidak
mengingatmu
Tapi mengapa aku senantiasa menyembah
nafsuku
Pantaskah aku memanggilmu
Habibi……yaa qurrataa’aini
Padahal tiada realisi
Seluruh
tubuhku…..
Penuh
dengan dosaku
Tapi
ku tahu kau maha Agung,maha pemaaf akan segala dosa
Karena
kaulah sandaran hidupku
Engkau lebih tahu tentang aku
Duhai junjunanku
Engkau tahu yang terbaik untukku
Duhai junjunanku
Gema
sholawat yang bisa ku dendangkan
Untuk
mengobati rasa rinduku padamu
Kisah
cerita mu yang menjadi inspirasi hidupku
Walau
belum teraplikasikan
Hanya segenggam harapan
Yang selalu ku inginkan
Semoga mendapatkan rahmat dan sapaat
darimu
Sebagai pelipur dosaku
Gemericik hujan di kesunyian malam
Sendiri di sudut ruang
Ratapi kesendirian
Sunyi, sepi, kosong dan gelap
Rangkaian peristiwa datang silih berganti
Mengusik hati dan sanubari
Sedih, duka, bahagia, tawa dan tangis
Mengukir dan membekas
Oh…sungguh aku manusia yang penuh dosa
Manusia penuh salah
Manusia yang tak pernah puas
Dan juga manusia yang tak bersyukur atas segala nikmatMU
Betapa banyak luka yang telah aku torehkan kepada orang orang di
sekitarku
Betapa banyak kesalahan yang telah aku perbuat dan tak kusadari
Betapa banyak dosa yang telah aku perbuat hingga aku tak sanggup tuk
membayangkannya
Ampuni aku ya RABB ampuni hambamu yang hina ini
Mentari bersinar malu
Kau langkahkan kakimu tanpa ragu
Demi sebuah asa dan harapan
Agar bisa tetap bertahan
Rintik hujan menepi kalbu
Diselimuti baju yang mulai layu
Kaki beralaskan aspal
Karung lusuh besar kau pikul tanpa kesal
Wanita tua itu…..
Bagaikan karang di tengah lautan
Terhimpit badai gelombang
Namun tak bisa diterjang
Karung kosong pembawa semangat
Pulang riang tanpa penat
Hanya recehan yang tersirat
Agar hidup lebah hebat dan bermartabat
Wahai wanita hebat….
Setiap aku lewat kau tersirat
Dan selalu memberi isyarat
Walau bebanmu sangat berat tapi kau tetap
hebat
Recehan yang kau cari
Demi mereka yang menanti
Semoga Alloh selalu memberi
Kesabaran yang tiada henti
Cipongkor, oktober 2022
Wanita pemanggul rongsok cibanas-cadas ngampar
Saat
lelah singgah
Semoga
masih ada celah
Tuk
bernapas di antara jenuh
Dan
secercah...
Harapan
dan mimpi yang indah.
Datanglah
sang pencerah
Bimbinglah...
Asa dan
semangat yang belum tergugah
Dalam
kehidupan yang lebih bermakna dan masa depan yang cerah.
Datanglah sang pencerah
Bantulah…
Agar cita-cita kami tetap kukuh
kala rasa jemu membuatnya goyah
Dan memaknai hidup dengan kesungguhan serta bertumbuh
Terdengar suara tawa tak jauh dari tempat saya berdiri, tak
sadar saya pun menengok dan melihat bahwa itu berasal dari teman saya yang
terlihat sedang duduk bersama lima orang lain di sebuah bangku cor taman
mengelilingi sebuah meja dibawah pohon cermai tepat didekat kantin yang biasa
kami gunakan untuk tempat nongkrong bersama. Terlihat beberapa cangkir kopi dan
jus diatas meja sembari menemani kepulan asap rokok, serasa penasaran akan apa
yang mereka bicarakan saya pun bergegas menghampiri mereka. Setelah saya dekati
terlihat Toni yang tadi tertawa paling keras beserta Cici, Amel, Wira, Desi dan
Rahmat. Kita memang satu geng dikampus UPI Jurusan Pendidikan Geografi.
Yah…..! biasa lah Jurusan Pendidikan Geografi angkatan 2006
ini memang banyak anak yang ikut kegiatan JANTRA.
JANTRA sendiri merupakan suatu kegiatan yang bertemakan
Pecinta Alam, jadi kegiatan kami pasti tidak jauh dari lintas alam, bakti
social dan lain sebagainya. Salah satu kegiatan yang paling sering kami lakukan
bahkan mungkin itu diluar kegiatan inti organisasi kami adalah pendakian
gunung. Banyak gunung yang berhasil kami taklukan diantaranya Gede Pangrango,
Gunung Batur, Rinjani, bahkan yang paling luar biasa yang pernah kami lakukan
adalah pendakian gunung puncak jaya di papua yang bekerjasama dengan BASARNAS
sebagai bentuk latihan kebencanaan dan penelitian gunung api di Indonesia.
Setelah serasa dekat lalu saya menepak pundak Toni,….
Woy…… ngomongin apa
kalian….. seru banget….. sampe sampe suara tawa bapak Toni ini terdengar sampai
pojok sana.
Alah biasa kalo dia… tuh lagi ngomongin si fuji… lo inget
kan saat praktek di Santolo kemaren dia kan jatoh dari sampan pas nyebrang, nah
si nunu sok jadi pahlawan tuh loncat… ceriranya si mau nolongin… eh malah dia
kebawa arusnya dan si fuji justru yang narik dia dari air….” Hadeh.. “ jawab
Cici
Ouh……
Eh bro dah lama ni kita gak naik gunung lagi sahut Wira
dengan nada penuh semangat……. Bener nih kata Desi termotivasi oleh Wira. ….. ya
uda ayo kita agendakan,…. Saya menimpal omongan mereka.
Eh kalo pendakian gunung kita ke jawa timur yok….. disana
kalo gak salah ada gunung Arjuno yang kalo gak salah masih berada di bawah
pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soerjo. “ kata Toni “.
Percakapan panjang pun terus kami lakukan sampai akhirnya
saran Toni disepakati, kita semua berencana melakukan pendakian gunung Arjuno,
yah alasannya sederhana…… Desi yang merupakan salah satu teman kami merupakan
asli orang sana… yah itu memungkinkan acara dapat dilakukan secara dadakan
tanpa perlu ada persiapan yang matang, karena kita punya tempat nyaman untuk
start awal yaitu dari rumah Desi. Waktu pun disepakati yaitu hari sabtu tanggal
12 november 2008 tepat 1 minggu lagi dari sekarang.
Bersambung..
Komentar
Posting Komentar